I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sabtu, 05 Maret 2011

PERGERAKAN PEMUDA INDONESIA


LATAR BELAKANG
Pada tahun 1908, tepatnya pada 20 Mei, para anak bangsawan Indonesia yang telah terdidik mulai membentuk sebuah persatuan secara nasional. Budi Utomo, sebuah organisasi yang didirikan oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodopun berdiri. Hal tersebut menandakan dimulainya jama pergerakan nasional. Rasa nasionalisme mulai tumbuh di dalam diri bangsa Indonesia. Begitu pula para pemuda Indonesia.
Awal mulanya, para pemuda Indonesia lebih akrab jika bergaul dengan pemuda-pemuda sedaerahnya. Mereka merasa senasib, seasal-usul, dan sepenanggungan. Orang Batak merasa seasal-usul dengan orang Batak, orang Minang merasa seasal-usul dengan orang Minang, begitu pula pemuda Ambon, Menado, Bugis, dan lain-lain. Pada masa itu, nasionalisme belum menjadi sesuatu yang nyata. Kata Indonesia sendiri belum terlalu dikenal, jadi tidak mengherankan kalau organisasi atau perkumpulan pemuda pada waktu itu masih bersifat kedaerahan. Beberapa organisasi pemuda yang berdiri saat itu ialah :


TRI KORO DARMO
Organisasi ini didirikan pada 9 Maret 1915 di Jakarta atas inisiatif para pemuda seperti Satiman, Kadarman, dan Sunardi. Organisasi ini merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia. Tri Koro Darmo berarti Tiga Tujuan Mulia, yaitu Sakti, Budi, dan Bakti.
Organisasi berawal dari anak-anak sekolah menengah dari Jawa Madura yang bersekolah di Jakarta. Pada tahun 1918, nama Tri Koro Darmo diganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) sehingga anggotanya terbuka bagi seluruh pemuda Jawa termasuk dari Jawa Barat.
Organisasi ini mempunyai asas dan tujuan, yaitu:
a.    Menimbulkan pertalian di anatar murid-murid bumiputera dan sekolah-sekolah menengag dan kursus kejuruan
b.    Menambah pengetahuan umumbagi anggotanya
c.    Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan Hindia

JONG SUMATRANEN BOND
Jong Sumatranen Bond berdiri pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. Organisasi ini didirikan oleh para pemuda pelajar yang berasal dari Pulau Sumatera. Seperti juga Tri Koro Darmo, Jong Sumatranen Bond juga didirikan di Gedung STOVIA Jakarta.
Tujuan dari organisasi ini adalah mempereratr hungungan dan persaudaraan antara oemuda-pemuda pelajar yang berasa dari Sumatera. Dalam kegiatannya, Jong Sumatra berusaha mendidik para pemuda yang berasal dari Sumatera untuk menjadi pemimpin bangsa. Kepada pemuda ditanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri. Dalam waktu singkat berdiri cabang-cabang JOng Sumatra di berbagai kota, seperti Bogor, Bandung, Padang, Bukittinggi, dan lain-lain. Tokoh-tokoh Jong Sumatranen Bond adalah Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, M. Tamsil, Bahder Johan, Assaat, Abu Hanifah, Adnan Kapau Gani, dan lain-lain.

JONG MINAHASA
Pemuda-pemuda Minahasa dari Sulawesi Utara tidak mau ketinggalan. Pada tahun 1918, mereka mendirikan perkumpulan pemuda yang terkenal dengan nama Jong Minahasa atau pemuda Minahasa. Maksud dan tujuan organisasi ini adalah menggalang dan mempererat persatuan dan tali persaudaraan di kalangan para pemuda pelajar yang berasal dari Minahasa.
Tokoh Minahasa antara lain adalah, G.R Pantouw.

JONG CELEBES
Jong Celebes adalah organisasi pemuda yang menghimpun para pemuda pelajar yang berasal dari Selebes atau Pulau Sulawesi. Maksud dan tujuannya ialah mempererat rasa persatuan dari tali persasudaraan di kalangan  pemuda pelajar yang berasal dari Pulau Sulawesi. Tokoh-tokohnya misalnya Arnlod Monotutu, Waworuntu, dan Magdalena Mokoginta (yang kemudia dikenal dengan Ibu Sukanto, Kepala Kepolisian Wanita Negara RI pertama),dan lain-lain.
Masih banyak organisasi pemuda lainnya, seperti Islamieten bond (1924), Jong Ambon, Sekar Rukun dan Pemuda Kaum Betawi, dll. Semua organisasi tersebut masih bersifat kedaerahan.
Kongres Pemuda I
Para pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi pemuda seperti Pemuda Indonesia dan Perhimpunan Indonesia sangat mendambakan adanya nasionalisme di golongan para pemuda. Mereka menginginkan agar organisasi yang bersifat kedaerahan yang ada melebur menjadi satu perkumpulan atau organisasi yang bersifat nasional. Keinginan itu belum dapat terwujud karenamasih adanya kalangan pemuda yang menganggap masih perlu adanya organisasi yang bersifat kedaerahan.
Dalam keadaan yang demikian itu, maka pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926, di Jakarta diadakan suatu Kerapatan Besar Pemuda-Pemuda Indonesia. Sejarah mencatat bahwa Kerapatan Besar Pemuda-Pemuda Indonesia itu biasa disebut Kongres Pemuda I.
Kongres Pemuda ini dihadiri oleh wakil-wakil organisasi pemuda seperti Jong Java (1915), Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Islamieten bond (1924), Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, dll.
Tujuan dari diadakannnya Kongres Pemuda I ialah untuk membentuk perkumpulan pemuda yang satu, dengan maksud:
1.    Memajukan paham persatuan dan kebangsaan
2.    Mempererat hunbungan antara semua perkumpulan kebangsaan
Dalam kongres itu pemuda-pemuda dianjurkan untuk menempatkan nasionalisme dan persatuan di atas kepentingan pribadi, agama, golongan, agama, dan suku.
Kongres Pemuda I belum dapat menghasilkan suatu keputusan yang dapat memepersatukan para pemuda-pemuda Indonesia secara nasional. Walaupun begitu, kongres ini telah menambah rasa cinta tanah air yang tinggi pada diri para pemuda Indonesia. Karena itu, para pemuda tersebut tidak menyerah begitu saja. Mereka berencana mengadakan Kongres Pemuda yang kedua.

Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda I belum berhasil mendirikan suatu organisasi pemuda yang bersifat nasional, namun para pemuda tidak patah semangat. Mereka mengadakan Kongres Pemuda untuk kedua kalinya. Pada bulan Juni 1928, dibentuklah sebuah panitia untuk Kongres Pemuda II. Susunannya adalah:

Ketua        : Sugondo Joyopuspito
Wakil Ketua    : Joko Marsaid
Sekertaris    : Muh Yamin
Bendahara    : Amir Syarifuddin

Kongres Pemuda II dimulai pada tanggal 27 Oktober 1928. Rapat pertama diselenggarakan di Gedung Katholieke Jongelingen Bond di Lapangan Banteng.
Rapat kedua diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928 pukul 08.00 sampai pukul 12.00 bertempat di Gendung Oost Java Bioscoop (sekarang Jln. Medan Merdeka Utara nomor 14).
Rapat ketiga diselenggarakan tanggal 28 Oktober 1928 pukul 17.30 bertempat di Gedung Indonesia Clubhuis Jl. Kramat Jaya 106 Jakarta (sekarang disebut Gedung Sumpah Pemuda).
Dalam Kongres Pemuda II ini hadir kurang lebih 750 orang utusan dari berbagai organisasi pemuda seperti Jong Java (1915), Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Islamieten bond (1924), Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, dll.
Kongres Pemuda II berjalan lebih baik dari yang pertama. Ditambah lagi seruan Sugondo, “Perangilah Pengaruh Bercerai-berai dan majulah terus kearah Indonesia bersatu yang kita cintai”.
Pemerintah Belanda yang mendengar betapa bersemangatnya para pemuda yang tergabung dalam Kongres tersebut, maka Kongres tersebut diawasi ketat oleh para tentara Belanda.
Pidato dilakukan oleh beberapa orang. Diantaranya, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, yang berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Pada saat istirahat, seorang pemuda yang berprofesi sebagai seorang wartawan dan musisi, W.R. Supratman, meminta ijin kepada Sugondo untuk memperdengarkan lagu ciptaannya yang berjudul “Indonesia Raya”. Sugondo, selaku ketua Kongres, sangat kagum dengan isi lagu tersebut. Setelah mendapat ijin dari ketua siding, W.R. Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya  di depan para hadirin yang datang. Lagu Indonesia Raya diperdengarkan dengan biola. Hari itulah, lagu Indonesia Raya pertama kalinya diperdengarkan di hadapan umum.
Akhirnya, pada akhir Kongres tersebut, lahirlah sebuah sebuah sumpah dan pernyataan oleh para pemuda yang lebih dikenal dengan “SUMPAH PEMUDA”.
ISI SUMPAH PEMUDA:
Pertama    :  Kami Putera dan Puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua         : Kami Putera dan Puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga        : Kami Putera dan Puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Isi sumpah tersebut berintikan SATU NUSA, SATU BANGSA, dan SATU BAHASA. Inilah yang selalu menjiwai pemuda-pemudi bangsa Indonesia dalam merebut dan memeprtahankan serta mengisi kemerdekaan Indonesia.


0 komentar:

Posting Komentar

enjoy stay here :D